Kamis, 30 Mei 2013

sambungan BUKAN LAILA TANPA MAJNUN

Babak barupun dimulai, kisah cinta sepasang manusia berbeda latar belakang ini berlanjut hingga ke tahap yang lebih serius. Si Gadis menerima keadaan yang serba tak menentu, dia tidak tahu keputusan yang sudah ia ambil baikkah, burukkah bukan untuk dia seorang, tapi jauh dari itu apakah hubungan ini juga bisa bertahan atau akan kandas saat semuanya terlanjur dimulai. Saat seperti ini adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh semua pasangan dimuka bumi, ketidakpastian akan masa depan yang harus dihadapi. Semua serba membingungkan, tidak tahu harus bahagia atau takut.

Posisinya sekarang sangatlah tidak jelas, dirinya merasa sedang bertahan sekuat mungkin dari ancaman yang entah dari mana asalnya. Sementara kondisi berbeda dialami oleh Si Brengsek yang sedang menikmati hubungannya dengan Sang Gadis pujaan hatinya, dirinya merasa lengkap dan bahagia tak terkira. Kemenangan yang Si bukan Majnun dirayakannya setiap saat, detik demi detik ia lewati sebagai satu anugrah luar biasa yang ingin terus ia nikmati sepanjang hari.
Si bukan Majnun melakukan apa saja untuk bisa menemani Si Gadis, menghabiskan waktu sepanjang hari dengannnya, tak peduli dengan apa yang terjadi karena yang terpenting adalah Si bukan Laila berada nyata di hadapannya. Si brengsek mulai menempat Si Gadis di tempat yang sangat terhormat, dan semuanya menjadi perjalan tragis penuh canda tawa yang diklamufase dengan rasa cemburu dan kemunafikan penuh kepastian yang semu. Si brengsek rela kehilangan segalanya, dan memang dia hamper kehilangan segalanya termasuk keberanian yang menjadi senjata andalannya.
Si bukan Majnun rela mati dan berdarah-darah asalkan bisa selalu bersama, dia mulai bersikap benar hingga salah untuk selalu bisa berada di sisi Si bukan Laila. Si Gadis pun merasa nyaman dan yakin bahwasanya Si Brengsek sangat mencintainya, sangat menginginkanya, sangat menyayanginya dan percaya atas semua perbuatan yang dilakukan oleh Si bukan Majnun adalah bentuk nyata dari rasa cinta, ingin dan sayangnya.
Konflik antara keduanya mulai mendera, perkelahian kata mulai sering menghiasi hubungan mereka, keraguan kadang menyelinap atas keyakinannya yang dulu selalu diyakini oleh mereka berdua. Tapi hal tersebut tidak pernah menyurutkan kebersamaan mereka, rasa dimiliki dan memiliki yang dipunyai oleh keduanya tak bisa lagi di elakkan. Mereka terus bertahan dari ancaman perpisahan walaupun apapun yang terjadi mereka akan dan harus tetap bersama. Keteguhan keduanya menjadi banteng yang kokoh atas perenungannya yang telah menghujam sangat dalam di relung hati terdalam bahwasanya Adam hanya ada untuk Hawa, dan Hawa adalah milik Adam selamanya dan akan terus seperti itu hingga akhirnya.
Kecemburuan dan rasa menguasai atas nama kasih sayang yang selalu di dengungkan oleh Si Brengsek semakin memperparah keadaan terutama hubungan mereka. Si Gadis kadang merasa tak tahan atas semua perlakuan Si bukan Majnun, namun Si Gadis tetap sabar dan terus bertahan. Hingga mereka terus mengulang kejadian yang sama berulang kali, entah sudah berapa kali keduanya menyatakan “putus” tapi selalu “nyambung” lagi dan lagi. Keadaan mereka selama lebih dari dua tahun selalu begitu dan tak ada satupun diantara keduanya yang bisa merubah dan berubah.
Tuhan seakan sedang berpihak dan mencurahkan kasih sayang pada kedua pasangan yang sedang sangat mabuk ini. Candu dengan nama jenis “cinta” ini sudah sangat membutakan keduanya hingga pada akhirnya dihadapkan pada satu situasi yang tak kuasa ditahan dengan kekuatan cinta yang mereka miliki. Selama empat tahun Si Brengsek medampingi Si bukan Laila hingga Si Gadis diganjar dengan titel Sarjana Hukum berpedikat sangat memuaskan dan melanjutkan cita dan harapan orang tua yang begitu bangga hingga tak perduli dengan cerita romantisme yang sudah mereka jalin selama hampir enam tahun lamanya.
Orang tua yang sejak awal tak merestui hubungan Si Gadis dengan Si bukan Majnun, senang karena akhir bisa memisahkan mereka dan berharap selamanya. Si Gadis dipaksa untuk memenuhi tawaran sang ayah untuk menerima dan bekerja di perusahan dimana ayah Si Gadis bekerja. Padahal saat itu carik-carik kertas penanda Si Gadis resmi bergelar “SH” belumlah diterima. Tapi tawaran itu tak bisa lagi ditunda, perusahaan tak perduli dengan te-tek bengek urusan administrasi perihal selembar kertas yang sama sekali tak menjamin seseorang bisa bekerja dengan baik dan benar.

Setali tiga uang Si Bukan Laila sangatlah ingin mencoba hal-hal baru di luar dunia yang selama ini dilaluinya bersama Si brengsek. Si bukan laila bukannya tak perduli dengan perasaan Si Brengsek terlebih lagi perasaanya, namun jiwa petualangnya yang ikut ber-uforia bersama dengan keinginan orang tua sudah menyatu lebih kuat dibandingkan dengan hubungannya yang mulai terasa tak jelas gambaran dan bentuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar