Tanggal
1 Mei 2013, Hari Penentuan…
Hari ini buat para pekerja keras adalah hari
penentuan, saatnya menentukan sikap melawankah atau bersetuju dengan beribu
syarat pada kebijakan pemerintah yang seringkali dikeluarkan dengan tidak
bijaksana. Bagaimana tidak disebut – kebijakan yang tidak bijaksana – karena
bertepatan dengan hari dimana semua buruh menggaungkan satu suara yang sama
yaitu perbaikan disegala lini kehidupan, pada waktu yang sama pula pemerintah dianggap
tidak mempunyai sikap dan nyali hanya untuk memutuskan, apakah BBM (bahan bakar
minyak) naik atau tidak?, menentukan apakah BBM dijual dengan dua harga untuk
dikonsumsi oleh manusia, yang disebut RAKYAT yang statusnya MERDEKA.
Diiringi
hujan lebat, para pejuang hidup ini menyerukan tuntutan yang bernilai logis dan
sangat sederhana, namun sangat kompleks untuk disetujui dan wujudkan oleh para
petinggi negeri pemangku kekuasaan. Padahal tuntutan mereka hanya ingin bisa
memenuhi isi perutnya yang kadang tidak terisi dengan normal, karena sekarang
ini mereka tinggal ditempat yang kadang tak terlihat layak, dan selalu saja isak
yang membarengi tangis, saat orang terkasihnya sakit dan terlanjur mati sia-sia,
hanya karena tidak diperkenankan untuk mencicipi standard perawatan rumah sakit
sebagaimana mestinya.
Padahal
kalau direnungkan tuntutan mereka adalah hal yang terlupakan oleh para penentu
kebijakan, yang hidup dari hasil kerja keras ribuan manusia dengan alias yang
sangat terkenal, yaitu manusia yang disebut “buruh”. Para anggota yang senyumnya
selalu menghiasi layar kaca tanpa rasa berdosa ini, tidak tahu rasanya
mengencangkan ikat pinggang untuk menyiasati rasa lapar yang melilit perut,
para orang terhormat yang sikapnya sangat hina ini, tidak pernah merasakan
bagaimana keringatnya menetes karena kepanasan dirumah kontrakan sempit, yang
isinya bisa 9-10 orang, mereka juga gak tahu bagaimana sulitnya mengurusi
birokrasi dirumah sakit yang tidak karuan, dan kita gak pernah tahu apakah para
dokternya melakukan “mal Praktik”?? atau kah bodoh??, yang dikarenakan lulus
dari universitasnya juga dengan cara suap, kalau mereka…!!!?? sakit flu ringan
saja, langsung terbang ke Singapura untuk mendapatkan perawatan mewah terbaik
di tempat terbaik pula.
May
Day yang awalnya dilakukan oleh orang-orang Amerika Serikat pada tahun 1860
untuk menyuarakan tuntutan pengurangan jam kerja, yang hingga saat ini diadopsi
oleh seluruh Negara-negara yang berada dibelahan dunia dimana pun. “SELAMAT
HARI BURUH” kawan, semoga tuntutanmu bisa dipenuhi oleh pemerintah, yang
walaupun “iya” harus dengan jutaan syarat, yang ujung-ujungnya masih saja
memberatkan kalian, tapi dengan sangat terpaksa harus kalian setujui juga,
hanya untuk istilah yang mengatas namakan “demi kebaikan kita semua”.
Hhhmmm…tepat jam 18.00 adzan Magrib
berkumandang, kulangkahkan kaki ini untuk mengambil air wudlu dan menyegerakan
diriku ke mushola yang hanya berjarak 10 langkah orang dewasa dari rumahku.
Disana sudah berkumpul orang-orang yang biasa menunaikan shalat berjama’ah,
mulai dari para sesepuh kampung, para pemuda yang masih punya kesadaran religi
hingga anak-anak yang berada disana untuk belajar shalat, ataukah takut
dimarahi Bapaknya yang sedang asyik dengan smartphone, tapi sangat lantang
menyuruh anaknya untuk segera shalat ke mushola, sementara dia sibuk dengan
gadgetnya, ataukah perintah si ibu yang berteriak hingga tetangga kiri-kanannya
mendengar suara sengaunya, yang menyebut-nyebut nama anaknya dengan lengkap, untuk
sesegera mungkin menunaikan ibadah wajibnya tersebut, sementara si ibu masih
sangat konsentrasi dan tak mau beranjak dari sofa empuknya, karena sedang
tanggung menyaksikan tontonan sinetron religi, atau malah modus dari anak-anak
yang dengan sangat cerdik meneruskan waktu bermainnya dengan modus ibadah
shalat magrib??, bagaimana tidak, sementara beberapa bapak-bapak dan pemuda
yang sedang shalat sunah, tapi anak-anak ini masih saja ribut membicarakan
rencana bermain, setelah shalat magribnya berakhir…hemmpptt entahlah.
Kami pun
bersalaman sesaat setelah sang pemimpin shalat menolehkan kepalanya ke kanan
sekali dan kekiri sekali, sebagai tanda berakhirnya prosesi ibadah rutin ini.
Lalu sesekali terdengar sayup-sayup suara sang pemimpin membacakan doa dan di
amiini oleh para pengikutnya termasuk aku. Lalu kami pun berdoa sendiri-sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan permintaan, yang dipersembahkan dengan seraya
ucapan memohon ampunan atas segala hal yang dilakukan siang tadi. Ditengah
ke-khusuk-an kami, beberapa anak-anak tadi masih saja berisik, dan kulihat
beberapa bapak-bapak sekaligus para pemuda meningglkan mushola dengan
tergesa-gesa.
Tapi
aku masih betah untuk berlama-lama ditempat yang menawarkan kenyamanan rohani
ini, tentunya bila semua orang tidak dalam kondisi yang sangat ramai seperti
setelah sembahyang diakhiri, seperti yang baru saja terjadi. Dalam kegalauanku
yang teramat sangat sangat aku mengadukan keluh kesahku kepada sang Pengadil
Yang Maha Jujur dan Welas Asih…
“ Ya Rabb…sudah satu bulan
ini aku resmi menyandang status tuna karya..
“Tanpa
kepastian kapan aku bisa mendapatkan lagi pekerjaan…
“Ya rabb…aku sangat
bingung…aku ingin bewira usaha..tapi aku nggak tau mau menjalankan bisnis
apa..???
“Ya rabb…pikiranku buntu…ketakutan mulai menggerogoti
keberanianku…
“Ya rabb… mentalku mulai
melemah…motivasiku mulai rontok…
“ya Rabb keraguanku mualai
menghantui saat aku seharusnya mulai mengambil langkah pasti…
“ya Rabb berikan aku jalan
keluar dari permasalahan pribadiku…
“berikan aku semangat lagi…
“ay Rabb Jadikan aku insan
dewasa yang bisa mengambil gambaran dan mempertanggung jawabkan atas segala
perbuatanku..
“ya Rabb…kuselipkan doa untuk
istriku yang sedang berjuang di ibu kota untuk memperjuangkan haknya…
*Lalu aku pulang meninggalkan
tempat suci itu dengan tanda Tanya yang sangat besar mengelayuti pikiranku yang
hampir buntu…
(sementara aku hanya bisa
berdiam diri dan menyaksikan istirku yang entah dimana lewat layar kaca, ditemani
kopi hangat duduk beralaskan kursi empuk dan menikmati segala kenyamanan
dirumah kontrakanku ini…).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar